Laman

Rabu, 03 April 2013

Menang Kalah Bukan Masalah



Dalam sebuah perlombaan, kalah dan menang itu biasa. Yang akan membedakan keduanya, sejatinya bukan apa atau berapa hadiah yang diterima. Namun bagaimana kita mendapatkan dan memaknainya. Kita akan jadi pemenang dengan perjuangan yang utuh, atau menang dengan culas mengambil jalan pintas. Pun ketika kalah. Kita kalah setelah mengupayakan yang terbaik sampai akhir jalan, atau kalah karena menyerah di tengah-tengah. Sama menangnya, sama kalahnya, tapi bisa berbeda nilai dan rasanya.

Beberapa hari yang lalu, BADKO TKA-TPA Rayon Tegalrejo dan FUIRM Tegalrejo menyelenggarakan acara bersama: funbike dalam rangka launchingGreen Moslem Tegalrejo” sekaligus lomba sepeda hias antar unit TKA-TPA. Dan bi idznillah, unit saya tidak mendapat juara.
Bagi saya, bukan juara yang jadi tujuan utamanya. Tetapi silaturahmi dengan TKA-TPA se-Rayon, melatih kreativitas santri-santri, juga mengedukasi dan mengajak orang lain untuk cinta lingkungan. Jadilah lomba sepeda hias itu kami ikuti (nyaris) tanpa kertas warna-warni.



 Saya berandai-andai. Jika santri-santri saya menanyakan (meskipun sampai sekarang belum ada yang bertanya, karena belum ketemu), “Kok kita ndak juara ya, Us?”, atau justru mengatakan, “Maaf ya Us, kita ndak juara…”, saya akan menjawabnya begini:
Ndakpapa, Nak… Memang belum jadi juara lomba… Tapi, buat Ustadzah, kalian tetap bikin ustadz/ah bangga…”
“Kok bisa?” biasanya mereka tidak akan berhenti pada satu pertanyaan saja.

Pertama, sepeda itu kalian hias sendiri. Betapa pengertiannya kalian, karena menghias sepeda itu adalah hari Sabtu, ustadz/ah tidak banyak yang bisa datang ke TPA. Kalian hias sendiri sepedamu, sesuai keinginanmu. Sesuai kreativitasmu. Bahkan ketika ada sepeda santri kelas TKA yang belum diapa-apakan sepedanya, dua santri kelas TPA ringan dan rela hati membantu menghiaskan. Ustadz/ah cuma memberi gambaran, selebihnya kalian kerjakan sendiri. Ustadz/ah hampir tidak ikut menyentuh sepeda kalian kan, Nak? Kecuali untuk mengencangkan tali raffia dan sejenisnya.
Kedua, bahan-bahan itu kalian cari sendiri. Koran, kertas bekas, daun kering, daun segar, lidi, dan lainnya, kalian bawa dengan suka hati. Karena kalian juga sudah berkomitmen, “Kan go green Tadz, pakai yang bekas-bekas aja…”
Ketiga, kalian tidak malu. Walaupun sepeda kalian penuh ‘sampah’. Walaupun sempat ada yang bergurau, “Itu TPAnya siapa ya, yang kayak pemulung?”. Kalian pede dan bahagia sekali. Di sepeda kalian ada semboyan 3R: Reduce, Reuse, Recycle, dan terbukti: kalian berusaha tidak jarkoni.
Keempat, beberapa waktu lalu Ustadzah sempat menulis tentang ghashab. Ah, mungkin kalian belum tahu apa itu ghashab. Kelak kalian akan tahu, Insya Allah. Tapi Ustadzah bersyukuuur sekali. Untuk daun yang kering dan sudah jatuh ke tanah saja, kalian tetap matur pada pemilik rumah untuk memanfaatkannya. Walaupun katamu, “Pertamanya aku takut bilang e, Us…”. Dan saat hendak mewarnai poster punggung untuk syiar, kalian bertanya, “Tadz, ini punya siapa?”. “Spidolnya Oman”, gitu ya, kemarin Ustadz menjawabnya? Lalu kalian minta ijin, “MAAAAN… PINJEM YA…”. Meski dengan suara yang bisa mengguncang dunia saking kerasnya. Besok lagi ndak usah teriak ya? Temennya udah denger kok :)
Kelima, menjelang maghrib salah satu di antara kalian tidak bergegas menyelesaikan hiasan sepeda, Ustadzah menegurnya, “Lho, kok ndak segera diselesaikan?”
“Aku nunggu ustadzah, kan guntingnya baru dipakai ustadzah, jadi aku ngerjain yang lain… Sudah selesai, Us?”
Nada suara Ustadzah yang sempat ambil ancang-ancang meninggi, luluh seketika demi melihat wajah polos yang menunggu lama tapi begitu rela. ”Anak shalih itu”, kata ustadz/ah satu ketika, “selalu berusaha mendahulukan orang lain selama bukan dalam ibadah”. Maaf ya, ustadz/ah sering lupa…

Ya. Itu yang membuat saya bangga pada mereka.

Sungguh Nak, bukan semata piala-piala yang kami inginkan dari kalian. Tetapi bait-bait do’a, juga amalan yang akan menjadi penyambung jariyah ketika kami telah tiada. Piala-piala itu tak seberapa harganya, jika dibanding kebahagiaan kami ketika kelak kalian gigih memegang prinsip kebenaran, giat menegakkan risalah, dan bersemangat menyongsong kemenangan agama.

Nak, jadi anak-anak yang shalih ya… Dan teruslah berusaha untuk selalu tangguh! Karena orang yang memiliki karakter tangguh, mereka akan berbahagia. Kemenangan tidak melunturkan karakternya, dan kekalahan takkan mengurangi kehormatannya…***


NB: Oh ya, ada hadiah untuk kalian:
dirangkai dengan penuh kasih sayang dari:
kardus sirup, box charger, botol yakult, dan kertas bekas pamflet :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar