Dalam sebuah perlombaan, kalah dan menang itu biasa. Yang
akan membedakan keduanya, sejatinya bukan apa atau berapa hadiah yang diterima.
Namun bagaimana kita mendapatkan dan memaknainya. Kita akan jadi pemenang dengan
perjuangan yang utuh, atau menang dengan culas mengambil jalan pintas. Pun
ketika kalah. Kita kalah setelah mengupayakan yang terbaik sampai akhir jalan,
atau kalah karena menyerah di tengah-tengah. Sama menangnya, sama kalahnya,
tapi bisa berbeda nilai dan rasanya.
Beberapa hari yang lalu, BADKO TKA-TPA Rayon Tegalrejo dan
FUIRM Tegalrejo menyelenggarakan acara bersama: funbike dalam rangka launching
“Green Moslem Tegalrejo” sekaligus
lomba sepeda hias antar unit TKA-TPA. Dan bi
idznillah, unit saya tidak mendapat juara.
Bagi saya, bukan juara yang jadi tujuan utamanya. Tetapi
silaturahmi dengan TKA-TPA se-Rayon, melatih kreativitas santri-santri, juga
mengedukasi dan mengajak orang lain untuk cinta lingkungan. Jadilah lomba
sepeda hias itu kami ikuti (nyaris) tanpa kertas warna-warni.
Saya berandai-andai. Jika santri-santri saya menanyakan
(meskipun sampai sekarang belum ada yang bertanya, karena belum ketemu), “Kok kita ndak juara ya, Us?”, atau justru mengatakan, “Maaf ya Us, kita ndak juara…”,
saya akan menjawabnya begini:
“Ndakpapa, Nak… Memang belum jadi juara lomba… Tapi,
buat Ustadzah, kalian tetap bikin ustadz/ah bangga…”
“Kok bisa?”
biasanya mereka tidak akan berhenti pada satu pertanyaan saja.
Pertama, sepeda itu kalian
hias sendiri. Betapa pengertiannya kalian, karena menghias sepeda itu adalah
hari Sabtu, ustadz/ah tidak banyak yang bisa datang ke TPA. Kalian hias sendiri
sepedamu, sesuai keinginanmu. Sesuai kreativitasmu. Bahkan ketika ada sepeda
santri kelas TKA yang belum diapa-apakan sepedanya, dua santri kelas TPA ringan
dan rela hati membantu menghiaskan. Ustadz/ah cuma memberi gambaran, selebihnya
kalian kerjakan sendiri. Ustadz/ah hampir tidak ikut menyentuh sepeda kalian
kan, Nak? Kecuali untuk mengencangkan tali raffia dan sejenisnya.
Kedua, bahan-bahan itu
kalian cari sendiri. Koran, kertas bekas, daun kering, daun segar, lidi, dan
lainnya, kalian bawa dengan suka hati. Karena kalian juga sudah berkomitmen,
“Kan go green Tadz, pakai yang
bekas-bekas aja…”
Ketiga, kalian tidak
malu. Walaupun sepeda kalian penuh ‘sampah’. Walaupun sempat ada yang bergurau,
“Itu TPAnya siapa ya, yang kayak pemulung?”. Kalian pede dan bahagia sekali. Di
sepeda kalian ada semboyan 3R: Reduce, Reuse, Recycle, dan terbukti: kalian berusaha tidak jarkoni.
Keempat, beberapa waktu
lalu Ustadzah sempat menulis tentang ghashab. Ah, mungkin kalian belum tahu apa itu ghashab. Kelak kalian akan tahu, Insya Allah. Tapi Ustadzah bersyukuuur sekali. Untuk daun yang kering dan sudah
jatuh ke tanah saja, kalian tetap matur
pada pemilik rumah untuk memanfaatkannya. Walaupun katamu, “Pertamanya aku
takut bilang e, Us…”. Dan saat hendak mewarnai poster punggung untuk syiar, kalian bertanya, “Tadz, ini punya siapa?”.
“Spidolnya Oman”, gitu ya, kemarin Ustadz menjawabnya? Lalu kalian minta ijin,
“MAAAAN… PINJEM YA…”. Meski dengan suara yang bisa mengguncang dunia saking
kerasnya. Besok lagi ndak usah teriak
ya? Temennya udah denger kok :)
Kelima, menjelang maghrib salah satu di antara
kalian tidak bergegas menyelesaikan hiasan sepeda, Ustadzah menegurnya, “Lho,
kok ndak segera diselesaikan?”
“Aku nunggu ustadzah, kan guntingnya baru
dipakai ustadzah, jadi aku ngerjain yang lain… Sudah selesai, Us?”
Nada suara Ustadzah
yang sempat ambil ancang-ancang
meninggi, luluh seketika demi melihat wajah polos yang menunggu lama tapi
begitu rela. ”Anak shalih itu”, kata ustadz/ah satu ketika, “selalu berusaha mendahulukan
orang lain selama bukan dalam ibadah”. Maaf ya, ustadz/ah sering lupa…
Ya. Itu yang membuat saya bangga pada mereka.
Sungguh Nak, bukan semata piala-piala yang kami inginkan
dari kalian. Tetapi bait-bait do’a, juga amalan yang akan menjadi penyambung
jariyah ketika kami telah tiada. Piala-piala itu tak seberapa harganya, jika
dibanding kebahagiaan kami ketika kelak kalian gigih memegang prinsip kebenaran,
giat menegakkan risalah, dan bersemangat menyongsong kemenangan agama.
Nak, jadi anak-anak yang shalih ya… Dan teruslah berusaha
untuk selalu tangguh! Karena orang yang
memiliki karakter tangguh, mereka akan berbahagia. Kemenangan tidak melunturkan
karakternya, dan kekalahan takkan mengurangi kehormatannya…***
NB: Oh ya, ada hadiah untuk kalian:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar