Laman

Senin, 01 November 2010

The Power of Kodok Ngorek

Kodok ngorek kodok ngorek
Ngorek pinggir kali
Teot teblung teot teblung
Teot teot teblung

Bocah bodho bocah bodho
Njaluk dijamoni
Jamu apa jamu apa
Jamu bratawali

Bocah pinter bocah pinter
Mbesuk dadi dokter
Numpak motor numpak motor
Motor motor mabur




Alhamdulillah bisa ke barak Merapi lagi, sekarang yang di Magelang. Diguyur hujan (air) pas datang dan pulang. Ah, tapi belum ada apa-apanya dibanding yang di pengungsian. Ya hujan air, hujan abu, hujan pasir, sampai hujan airmata. Disambut senyum ramah pengungsi dari Boyolali. Termasuk anak yang satu ini. Pipinya chubby. Lucu dan cerdas sekali…
“Mbak, salim…” sapanya begitu aku masuk tenda.
“Sinten niki?”
“Mbak Wati…”



Aku sempat ngobrol sama beberapa keluarga yang ada disana. Plus bumbu ngayawara standar ala Jawa jadi indah ternyata. Lembah manahnya sangat kerasa. Sebelum akhirnya yang kanak-kanak dan kawak-kawak (hehe, ngapunten nggih, Mbah…) lebih banyak kuajak cerita.



Bocah lima tahun ini belum tahu kapan akan kembali ke rumahnya. Nggak tahu juga kapan lagi memakai dasi kupunya. Tapi wajahnya sangat ceria. Dan yang paling menonjol, semangat belajarnya luar biasa!

Aku kasih nilai 85 buat basa kramanya. Dia juga hafal beberapa do’a harian dan surat pendek di luar kepala. Aku sempet menyimaknya. Capek hafalan, dia ngajak nyanyi. Dua jempol deh buat dia. Yang dia nyanyikan emang lagu seusianya. Bukan lagu-lagu orang dewasa. Amazing! Sesuatu yang udah jarang kutemui di kota…

Sampai lagu Kodok Ngorek dia berhenti. Aku tanya, “Besok kalo gede mau jadi apa?”. Jawabannya persis sama lagu yang baru aja dia nyanyikan. “Jadi orang pinter. Jadi dokter”. Ckckck, hebat ya? Aku ajak dia cerita bareng anak-anak lainnya. Tiap ada hal baru yang belum dia tahu, Wati pasti tanya.



“Mbak, mendel riyin!” Wati minta aku berhenti tiba-tiba. Dalam batin, kenapa? Aku lihat bocah berkucir empat ini menoleh ke utara. Dua mahasiswi sedang ngajak temen-temennya yang di sebelah utara nyanyi Layang-layang. Bener-bener dia perhatikan. Mulutnya komat-kamit berusaha menirukan. Begitu selesai dia balikin badan. Lagu tadi dia ulang. Dan… DIA LANGSUNG HAFAL!!!

“Mbak, gadhah kertas?”
Nggak lama dia udah pegang kertas lengkap sama pewarna. Dia tuangkan imajinasinya. Dia gambar layang-layangnya. Padahal belum lama lagu itu masuk dalam ingatannya. Trus ada bapak-bapak masuk mau ngasih buku cerita. Dia belum dapet, sementara temen-temennya udah nerima (karena bapak ini lewat pintu utara). Dia nggak segan bilang, “Pak, kula dereng…”

Ya Robb, aku malu sekali. Betapa semangatnya sangat tinggi. Betapa rasa ingin tahunya selalu ia turuti. Betapa kuat kemauannya untuk tholabul ‘ilmi. Bahkan dalam kondisi seperti ini…

Ini semangatnya. Ini cita-citanya…

Bocah pinter bocah pinter
Mbesuk dadi dokter
Numpak motor numpak motor
Motor motor mabur


Teruslah belajar, Nduk. Biar jadi orang pinter. Biar jadi dokter. Biar bisa bantu sesama. Biar bisa naik pesawat keliling dunia. Bareng-bareng ya…