Apa sih yang
sebetulnya disebut dengan harga diri? Samakah dengan harga-harga yang lain? Dipelajarikah
ia di bangku sekolah? Adik saya yang mengambil jurusan ekonomi akan dapat mata
kuliah Penilaian Properti, secara sederhana, itu mata kuliah yang membahas harga
properti. Lha, kalau harga diri? Bagaimana menilainya? Dengan parameter apa
kira-kira?
Jika harga diri
itu justru malah mengganggu kehidupan jangka panjang kita, bisakah kita
sandarkan masa depan kita padanya? Kenapa ada yang mengajarkan untuk
menyerahkan pipi kiri ketika pipi kanannya ditampar? Tidakkah itu cukup
memalukan jika mengukurnya dari harga diri seseorang? Kenapa kok ndak mengajarkan untuk membalas saja?
Jika kita didustai, dikhianati, disakiti, dan tidak dianggap oleh orang yang
paling kita sayangi, tetapi kita tetap menyayanginya karena percaya kasih
sayang dan kebaikan bisa menyembuhkan banyak keburukan: apakah harga diri kita
tergadai saat itu?
Kenapa banyak
sekali perselisihan terjadi di dunia ini? Kenapa ada anak sekolah bentrok
dengan teman sekolahnya yang lain? Kenapa silang pendapat ringan bisa jadi
proses hukum berkepanjangan? Kenapa Fir’aun yang tahu persis bahwa Nabi Musa
membawa berita kebenaran Rabb semesta alam, tetap ngotot tak mau menerimanya?
Kenapa Kaisar Romawi yang bahkan sudah berujar bahwa kelak muslimin akan
menguasai wilayahnya, tetap menolak risalah Rasulullah Muhammad SAW?
Harga dirilah
jawabannya. Lebih tepat lagi: harga diri yang tidak diletakkan pada tempat yang
semestinya.
Kalau saya
pribadi, saya akan tetap menjaga harga diri dalam hal-hal paling substansial,
hal-hal paling prinsip dalam hidup saya. Dan itu sebisa mungkin coba saya
lakukan dengan kedewasaan. Bukan asal eyel-eyelan
dan asal main gontok-gontokan. Itu namanya
kekanak-kanakan, efek masa kecil kurang bahagia. Dan rasanya berpikir mashlahat lebih baik daripada terpaku
apakah ini menyangkut harga diri atau tidak, apakah saya dilecehkan atau tidak.
Jika harga
diri yang dirugikan sebatas berpengaruh secara personal pada saya, saya kok mending
memilih untuk mengalah, memaafkan, atau bahkan kalau perlu meminta maaf. Tapi
jika itu menyangkut kepentingan orang banyak, keluarga, apalagi agama, maka
kalian akan menemui orang yang siap memperjuangkan itu dengan segala daya
upaya. Tentu bukan dengan menghalalkan segala cara.
Maaf, kalau
saya punya pandangan yang sedikit berbeda dengan banyak orang lainnya. Menurut
saya, seseorang yang menyebut dirinya dewasa harus punya keyakinan yang akan ia
pertahankan jika itu adalah kebenaran. Meskipun itu ongkosnya mahal dan banyak
kecenderungan diri yang harus diabaikan.
Memperjuangkan
kebenaran (seberat apapun), nah, itu kawan karib harga diri. Sedangkan mencari pembenaran (sekecil apapun), maaf,
itu bukan harga diri, itu namanya gengsi.*** (an)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar