Laman

Sabtu, 20 Agustus 2011

Karena Cinta Harus Diupayakan


Ini jawabanku atas pertanyaanmu, saudariku..
Ukht, ada 2 pilihan untukmu:
1. Menikah dengan orang yang kau cintai
2. Mencintai orang yang menikah denganmu
Mana yang anti pilih?”

Saat itu, spontan aku menjawab yang kedua: mencintai orang yang menikah denganku.
“Kenapa?”, tanyamu lagi.
Ehm, kenapa ya?

Karena, jodoh adalah hal yang pasti, meskipun bagi yang belum ketemu, masih menjadi misteri. Sedangkan, mencintai adalah hal yang berbeda. Mencintai seseorang yang belum ada hak atasnya, bagaikan menggenggam bara. Jika Allah berkenan menjadikannya pendamping hidup (di dunia maupun di akhirat), maka bara itu akan menjelma menjadi energi yang luar biasa. Ia akan menciptakan kebersamaan yang indah. Kebersamaan yang memberdayakan. Tetapi, jika Allah tidak berkenan untuk mempersatukan, bara itu akan membakar. Bahkan sampai menghanguskan diri sendiri. Kami berlindung atasnya, ya Robbi…

Selain itu, pilihan kedua rasanya lebih aman dari berbagai penyakit hati. Penyakit yang bisa jadi mengotori niat suci: menikah karena Ilahi.

Begitu jawabanku. Tapi, sejenak setelah itu, aku merenung. Mencoba berpikir lebih dalam dan menyelami lebih jauh ke dasar hati. Aku sedikit ragu dengan jawaban itu. Benarkah begitu?

Pilihan pertama, menikah dengan orang yang kucintai, akan mengalirkan energi dan semangat untuk meraih sesuatu yang lebih abadi. Dan tentu saja, adalah hal yang sangat membahagiakan bila bisa berdampingan dengan orang yang selama ini kita sudah menaruh hati padanya. Ekspresi cinta itu akan jauh lebih besar karena keduanya sudah menjadi halal dalam ikatan pernikahan.

Pilihan kedua, mencintai orang yang menikah denganku, ehhmm… pasrah, nrima. Ah, tidak. Aku menerjemahkannya sebagai bentuk syukur kepada-Nya. Karena apa yang telah Allah pilihkan, itulah yang terbaik. Bukankah Allah sudah menunjukkan cinta-Nya dengan mengirimkan imam yang –insya Allah- bersamanya aku akan bertambah iman, juga bertambah aman? Maka, mengapa tidak memaknai rasa syukur itu dengan mengupayakan cinta, menumbuhkan, dan merawatnya?

Jika saat ini kita mencintai seseorang (padahal belum ada hak kita atasnya), itu tidak tumbuh begitu saja kan? Ada masa-masa, ada hal-hal, ada peristiwa, yang membuat kita mencintainya. Lalu, kenapa itu tidak bisa ditumbuhkan kepada orang yang sudah Allah berikan pada kita?

Namun, sekali lagi, betapa bahagia bila yang pertamalah yang menjadi pilihan. Menikah dengan orang yang kita cintai. Sebagaimana Khadijah menikah dengan Muhammad, juga sebagaimana Fathimah menikah dengan Ali.

Pun jika akhirnya Allah memilihkan orang lain, maka pilihan kedua bukan berarti hal yang tidak membahagiakan. Tak ada yang tak mungkin. Karena cinta harus diupayakan.



Ada 2 pilihan ketika cinta bertemu cinta, yaitu jatuh cinta dan bangun cinta. Padamu, aku pilih yang kedua. Agar cinta kita menjadi istana, tinggi menggapai surga. (Salim A. Fillah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar