Beberapa waktu
yang lalu, seorang sahabat saya berkunjung ke rumah. Setelah ngobrol beberapa
saat, dia mengajukan sebuah pertanyaan yang membuat saya mengernyitkan dahi. Dan
ketika saya tanya, “Maksudnya?”, matanya berkaca-kaca seketika. Ia kembali
bercerita. Sekuat mungkin ia tahan akan bendungan di pelupuk matanya tak
tumpah. Meskipun akhirnya, itu jebol juga. Satu yang membuat ia menangis. Bahwa
ia menyadari sesuatu yang orang Jawa bilang dengan kebacut,terlanjur. Ia menyesal pernah melakukan kesalahan di masa
lalu. Dan kini, ia merasa takut, aib dan keburukan masa lalunya itu akan
diketahui orang lain, termasuk calon suaminya kelak.
Laman
Kamis, 19 Juli 2012
Minggu, 01 Juli 2012
Kadung
Apa yang terjadi diantara kami, aku dan Mas Bahar
adalah hal yang sangat memilukan. Aku tak memungkiri, hatiku menangis. Aku ini
siapa? Mas Bahar sungguh terlalu. Apakah dia bukan orang Jawa? Atau dia sudah
lupa dengan ke-Jawa-annya? Aku ini wanita. Aku ini orang Jawa. Khadimah Bu Nyai, batur para santri, anak seorang bakul sayur dan buruh bangunan. Mana mungkin berani mendongakkan
kepala, apalagi mengharap cinta dari putra seorang kyai besar.
Dia sungguh terlalu.
Langganan:
Postingan (Atom)